Jumat, 23 September 2011

Gejolak Anak Negeri

Tetes peluh dan air mata,
hanya itu yang bisa terungkap.
Atas kejamnya hidup,
Atas manisnya masa depan yang menjanjikan namun tak mampu memberi penghidupan.
Seperti inikah keadilan? ?
Ku kira bukan.
Keadaan memaksaku untuk tidak memperdulikan semuanya, Justice, Piece. . ?
Ah, itu hanya bualan.
Ketika angan kosong, hanya mimpi-mimpi lah yang menari, dan pengumbar janji adalah instrumen paling indah yang mengiringi.
Mereka bergembira tanpa sedikitpun mau menoleh kepada para pemimpi.
Pemimpi yang rela berdiri sebelah kaki karena hak-haknya tidak terpenuhi.
Terlalu berat meski hanya untuk mengangkat kelopak mata sekalipun. . .
Mengangkat kelopak mata untuk melihat dan merasakan sendiri kisah hidupku yang penuh derita. . . . !

Tidak ada komentar: