Tetes peluh dan air mata,
hanya itu yang bisa terungkap.
Atas kejamnya hidup,
Atas manisnya masa depan yang menjanjikan namun tak mampu memberi penghidupan.
Seperti inikah keadilan? ?
Ku kira bukan.
Keadaan memaksaku untuk tidak memperdulikan semuanya, Justice, Piece. . ?
Ah, itu hanya bualan.
Ketika angan kosong, hanya mimpi-mimpi lah yang menari, dan pengumbar janji adalah instrumen paling indah yang mengiringi.
Mereka bergembira tanpa sedikitpun mau menoleh kepada para pemimpi.
Pemimpi yang rela berdiri sebelah kaki karena hak-haknya tidak terpenuhi.
Terlalu berat meski hanya untuk mengangkat kelopak mata sekalipun. . .
Mengangkat kelopak mata untuk melihat dan merasakan sendiri kisah hidupku yang penuh derita. . . . !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar