Minggu, 25 September 2011

BIODATA SAYA

Nama : Bayu Setiawan TTL : Ponorogo, 06 April 1994 Hobi : Jelajah Internet (Browser) Cita-Cita : Seniman (Pengarang Syair, Cerpen dan Karya-Karya Sastra lainya) Riwayat Pendidikan: -TK Dharma Wanita 02 (2000) -SDN 03 Slahung (2006) -SMP PGRI Slahung (2009) -SMK Ki Hajar Dewantara ( ...- Motto Hidup : "Kita Hidup Bukan Untuk Bermimpi, Tapi Mimpilah yang Membuat Untuk Tetap Bertahan Hidup" - Ingin Mengubah Air Mata menjadi Permata, dan Tetes keringat menjadi butiran berlian. Itu yang Membuatku selalu bersemangat menjalani hidup. . .u Setiawan TTL : Ponorogo, 06 April 1994 Hobi : Jelajah Internet (Browser) Cita-Cita : Seniman (Pengarang Syair, Cerpen dan Karya-Karya Sastra lainya) Riwayat Pendidikan: -TK Dharma Wanita 02 (2000) -SDN 03 Slahung (2006) -SMP PGRI Slahung (2009) -SMK Ki Hajar Dewantara ( ...- Motto Hidup : "Kita Hidup Bukan Untuk Bermimpi, Tapi Mimpilah yang Membuat Untuk Tetap Bertahan Hidup" - Ingin Mengubah Air Mata menjadi Permata, dan Tetes keringat menjadi butiran berlian. Itu yang Membuatku selalu bersemangat menjalani hidup. . .

Sabtu, 24 September 2011

Karenamu Ku Menunggu

Dalam kepedihan, aku masih tetap bertahan. Meski sakit, ku masih setia menanti. Anganku cemas, tapi tetap indah ku rasakan. Menunggu ragamu tuk kembali hadir di hadapanku. Lirih bisik rinduku terlantun, terbawa angin pagi yang tak pernah bosan membelaimu. Ku harap engkau bisa merasa, di sini aku masih menunggumu. . .Kasihn, aku masih tetap bertahan. Meski sakit, ku masih setia menanti. Anganku cemas, tapi tetap indah ku rasakan. Menunggu ragamu tuk kembali hadir di hadapanku. Lirih bisik rinduku terlantun, terbawa angin pagi yang tak pernah bosan membelaimu. Ku harap engkau bisa merasa, di sini aku masih menunggumu. . .Kasih

Jumat, 23 September 2011

Gejolak Anak Negeri

Tetes peluh dan air mata,
hanya itu yang bisa terungkap.
Atas kejamnya hidup,
Atas manisnya masa depan yang menjanjikan namun tak mampu memberi penghidupan.
Seperti inikah keadilan? ?
Ku kira bukan.
Keadaan memaksaku untuk tidak memperdulikan semuanya, Justice, Piece. . ?
Ah, itu hanya bualan.
Ketika angan kosong, hanya mimpi-mimpi lah yang menari, dan pengumbar janji adalah instrumen paling indah yang mengiringi.
Mereka bergembira tanpa sedikitpun mau menoleh kepada para pemimpi.
Pemimpi yang rela berdiri sebelah kaki karena hak-haknya tidak terpenuhi.
Terlalu berat meski hanya untuk mengangkat kelopak mata sekalipun. . .
Mengangkat kelopak mata untuk melihat dan merasakan sendiri kisah hidupku yang penuh derita. . . . !